Gamelan Degung

           Heyyy guys selamat pagi,siang,sore atau malam buat yang lagi baca blog ku kali ini. Apa kabar semuanya? Apa kalian sudah tebarkan senyuman di hari ini?? hehe. By the way,di blog ku kali ini sekarang aku akan membahas salah satu kesenian musik khas sunda yang bernama degung. Mungkin bagi kalian yang awam dengan kata degung bertanya tanya "apa sih degung itu?" . Nah buat kalian orang sunda mungkin ada yang sudah tau juga tentang nama degung ini? Yap biasanya kesenian degung bisa kalian temui di acara acara pernikahan adat sunda maupun acara acara resmi lainnya yang berada di daerah sunda atau mungkin jika kalian berkunjung ke restaurant khas sunda kalian pasti sering mendengar musik degung ini. Nah tapi buat yang penasaran kesenian degung itu seperti apa? . Baiklah kita langsung ke pembahasan hehe.





Apa sih Degung itu??

 Nah guys jadi kesenian Degung  itu adalah sekumpulan alat musik yang dimainkan oleh masyarakat sunda. Ada juga 2 pengertian tentang istilah degung:
  • degung sebagai nama perangkat gamelan
  • degung sebagai nama laras bagian dari laras salendro ( berdasarkan teori Raden Machjar Angga Koesumadinata).
        Degung sendiri berperan sebagai unit gamelan dan degung sebagai laras memang sangat lain. Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara.
Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di Jawa Barat, antara lain Gamelan Salendro, Pelog dan Degung. Gamelan salendro biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan pewayangan, tari, jaipongan dan lain-lain. Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro, hanya kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyaraka dan jarang dimiliki oleh grup-grup kesenian di masyarakat.

         Hal ini menandakan cukup terwakilinya seperangkat gamelan dengan keberadaan gamelan salendro, sementara gamelan degung dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat. Gamelan lainnya adalah gamelan Ajeng berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten Bogor, dan gamelan Renteng yang ada di beberapa tempat, salah satunya di Batu Karut, Cikalong kabuki Bandung. Melihat bentuk dan interval gamelan renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng. Nah biasanya di dalam satu set gamelan degung itu terdiri gong,bonang,saron,jengglong,gendang,suling, & rebab.




Nah sekarang kita berlanjut kepada sejarah Degung yuk,langsung aja ke sini,

Sejarah Degung

         Degung merupakan salah satu gamelan khas dan asli hasil kreativitas masyarakat Sunda. Gamelan yang kini jumlahnya telah berkembang dengan pesat, diperkirakan awal perkembangannya sekitar akhir abad 18 / sekitar awal abad 19. Jaap Kunst yang mendata gamelan di seluruh Pulau Jawa dalam bukunya Toonkunst van Java (1934) mencatat bahwa degung terdapat di Bandung (5 perangkat), Sumedang  (3 perangkat), Cianjur (1 perangkat), Ciamis (1 perangkat), Kasepuhan Cirebon  (1 perangkat), Kanoman (1 perangkat), Dramaraja (1 perangkat), Banjar (1 perangkat), dan Singaparna (1 perangkat).

          Masyarakat Sunda dengan latar belakang kerajaan yang terletak di hulu sungai, Kerajaan Galuh Ciamis misalnya, memiliki pengaruh tersendiri terhadap kesenian degung, terutama lagu-lagunya yang yang banyak diwarnai kondisi sungai, di antaranya lagu Manintin, Galatik Manggut, Kintel Buluk, dan Sang Bango. Kebiasaan marak lauk masyarakat Sunda selalu diringi dengan gamelan renteng dan berkembang ke gamelan degung.



       
           Dugaan-dugaan masyarakat Sunda yang mengatakan bahwa degung merupakan musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan pula dengan kirata basa, yaitu bahwa kata “degung” berasal dari kata "ngadeg" (berdiri) dan “agung” (megah) atau “pangagung” (menak; bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan. E. Sutisna, salah seorang nayaga Degung Parahyangan, menghubungkan kata “degung” dikarenakan gamelan ini dulu hanya dimiliki oleh para pangagung (bupati). Dalam literatur istilah “degung” pertama kali muncul tahun 1879, yaitu dalam kamus susunan H.J. Oosting. Kata "De gong" (gamelan, Bahasa Belanda) dalam kamus ini mengandung pengertian “penclon-penclon yang digantung”. Gamelan yang usianya cukup tua selain yang ada di keraton Kasepuhan (gamelan Dengung) adalah gamelan degung Pangasih di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang. Gamelan ini merupakan peninggalan Pangeran Kusumadinata (Pangeran Kornel), bupati Sumedang (1791 - 1828).

         Nah tetapi nih guys ternyata kesenian gamelan degung ini sekarang sudah mulai jarang banget ditemui dan bahkan orang sunda sendiri pun tidak tahu kesenian degung itu apa? . Kesenian degung sekarang bisa dikatakan kalah pamor dengan musik musik modern padahal nih guys kawih kawih atau musik musik yang dihasilkan dari degung itu enak didengar loh bahkan bisa dijadikan musik sebagai penghilang stress karena irama yang dihasilkan begitu syahdu. Nih aku kasih beberapa kawih yang dihasilkan gamelan degung :


 


 


           Gimana guys udah pada menikmati kan syahdunya musik gamelan degung? dijamin kalian akan lebih rileks dan makin menyukai musik gamelan degung hehehe. Tetapi seiring berkembangnya musik modern, popularitas musik degung mengalami penurunan pamor. Bahkan kini sulit menemukan generasi muda yang mau menekuni atau minimal mendengarkan musik seni degung itu sendiri. Kesenian ini juga semakin terpinggirkan. Degung semakin jarang ditampilkan di panggung rakyat karena kalah pamor dengan pertunjukan musik modern,hmmm sungguh disayangkan ya guys.

           Memang ironis sih menurutku,kalau generasi anak muda di Indonesia tidak mengetahui & tidak mencoba bermain gamelan degung tetapi gamelan degung ternyata cukup eksis juga di beberapa negara di luar negeri pengembangan degung dilakukan oleh perguruan tinggi seni dan beberapa musisi, misalnya Lingkung Seni Pusaka Sunda University of California (Santa Cruz,USA), musisi Lou Harrison (USA), dan Rachel Swindell bersama mahasiswa lainnya di London (Inggris), Paraguna (Jepang), serta Evergreen, John Sidal (Kanada). Di Melbourne,Australia, ada sebuah set gamelan degung milik University of Melbourne yang seringkali digunakan oleh sebuah komunitas pencinta musik Sunda untuk latihan dan pementasan di festival-festival. Wah kita selaku warga Indonesia pastinya bangga dong yah dengan terkenalnya gamelan degung yang sudah Go Internasional. Nah kita juga seharusnya tidak boleh kalah dong dengan orang orang luar negeri sana yang sudah bisa bermain alat musik tradisional Indonesia yaitu gamelan degung. Kita juga harus bisa buktikan bahwa generasi muda di Indonesia juga mampu melestarikan & bermain alat musik tradisional negara kita sendiri dengan baik.






            Nah guys sudah selayaknya juga, kekayaan kesenian tradisional kita bisa kita jaga dan  jangan sampai punah. Beberapa upaya bisa dilakukan, seperti mengembangkannya atau memadu-padankannya dengan alat musik modern lainnya juga bahkan sekarang sudah banyak yang memadukan musik tradisional dengan musik EDM. Dengan cara ini, degung juga mampu menyesuaikan diri dan bertahan dalam gempuran budaya modern seperti sekarang ini ya guys. Nah guys sekian ya blog ku kali ini. Semoga kalian bisa mengambil pelajaran dari blog ku kali ini. Jangan lupa bersyukur. See you guysss and byeeee!!! hehe.

Sumber :
 https://id.wikipedia.org/wiki/Degung

 https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b&biw=1252&bih=600&tbm=isch&sa=1&ei=wDvJW4_KOMOc9QPVwKqgBw&q=gamelan+degung+sunda&oq=gamelan+degung&gs_l=img.1.1.0l4j0i5i30k1l3j0i24k1l3.704981.708743.0.711139.13.13.0.0.0.0.156.1396.3j10.13.0....0...1c.1.64.img..0.13.1390...35i39k1j0i30k1j0i8i30k1j0i67k1.0.ClWUgErRN8I#imgrc=RiKmfLh4dpkvvM:
           
 https://www.youtube.com/watch?v=pRtyKX2fZ68

 https://www.youtube.com/watch?v=jw-OIv9MyWY&t=203s

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Batik Khas Cimahi

Lagu ‘Fake Optics’ Membuat Kita Agar Tetap Menjadi Diri Sendiri & Tanpa Kepalsuan